Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama Buddha



Dosen : Petrus Lakonawa, S,I. MR (D3706)

Anggota Kelompok

I Gusti Ayu Laksmi (2001550672) - Ketua

Michelle (2001539221) - Sekretaris

Adinda Prisilia (2001547311) - Anggota

Ariana Savira Rachmayanti (2001541674) - Anggota

Pietra Galuh Carlanindita (2001572244) - Anggota

Rana Trisha Tomo (2001568285) - Anggota

Pada hari Jumat 1 Desember 2017 pukul 12.00 WIB kami melakukan wawancara dengan Bapak Mingfu di Maitreya Mapanbumi. Sebelumnya, kami mengontak Bapak Mingfu melalui telepon untuk membuat janji wawancara. 

Dalam sesi ini, sebagai perwakilan Michelle (2001539221) dan Adinda Prisilia (2001547311) yang mewawancarai. Untuk dokumentasi dilakukan oleh Ariana Savira Rachmayanti (2001541674) dan Rana Trisha Tomo (2001568285). Inilah hasil wawancara kami mengenai tema pentingnya toleransi antar umat beragama.

1. Apa arti agama menurut Bapak dari pandangan agama Buddha?

Agama itu seperti jalan, yang harus Saya jalani dan yakini. Jalan itu ada tujuannya. Misal Saya ingin pergi ke BCA. Saya sudah tau jalannya keluar dan balik lagi. Tetapi kenyataannya apakah hanya itu jalannya? ketika Saya menemukan rintangan, Saya harus menjalani, harus menggali lebih dalam, melihat lebih jauh, mencari cara, bukan menyalahkan. Agama itu menurut Saya pengalaman inner, pengalaman diri kita. 

2. Bagaimana pandangan Bapak dengan agama lain yang ada di Indonesia?

Bagus, baik. Agama adalah sebuah awal. Seorang bayi yang baru dilahirkan tidak tahu apa itu agama. Bahkan jika diletakkan di sebuah daerah terpencil yang warganya tidak mengenal agama mungkin dia tidak akan tahu apa arti agama. Tetapi ketika petir berbunyi dia akan takut atau ketika gelap gulita dia akan merasa takut di dalam dirinya. Menurut Saya rasa takut itu adalah instrumen yang diberikan oleh Tuhan kepada kita untuk mulai menggali sebelumnya siapa kita, siapa alam, dan siapa dibaliknya ini. Jadi masing – masing memiliki perbedaan pandangan dalam melihat fenomena ini. Jika dilihat dari perkembangan sejarah, ada yang melihat api sebagai lambang yang paling dekat kepada Tuhan karena kehangatan yang ada pada api. Ada juga yang melihat matahari lebih dari api. Atau rembulan yang memberi kesejukan pada jiwa yang membawa kita kembali ke masa keheningan, ketenangan, kedamaian. Sehingga muncul macam – macam kepercayaan pada zaman dahulu. 

Sekarang sudah berkembang karena ada orang suci atau nabi yang turun membawakan ajaran – ajaran kebenaran yang disesuaikan dengan wilayah setempat. Di zaman modern ini sekarang agama sudah saling terbuka satu sama lain. Orang – orang sudah melakukan dialog antar agama dan sebagainya. Kemudian dengan berkembangnya teknologi dan informasi, agama sudah dengan mudah diakses. Sayangnya, dengan kemudahan ini terkadang diselipkan konspirasi – konspirasi yang membuat orang lain skeptis atau apatis terhadap agama. 

3. Bagaimanakah konsep toleransi antar umat beragama yang ideal menurut Bapak?

Menurut Saya konsep Bhinneka Tunggal Ika atau Unity in Diversity itu sudah sebagai konsep toleransi. Bagaimana cara menerapkannya yaitu dengan menerima perbedaan yang ada pada orang lain. Berbeda – beda tetapi tetap satu. Secara batin kita menerima kita itu berbeda tetapi tetap kita juga satu kesatuan yang utuh yang tak boleh saling melukai, bertikai, menghancurkan, memusnahkan. Karena kita bersama lebih kuat dan lebih bisa.

4. Menurut Bapak apakah toleransi antar umat beragama sudah diterapkan di Negara Indonesia?

Sudah ya. Jika dilihat satu sisi toleransi sudah diterapkan. Tetapi di sisi lain (dari kacamata orang lain) belum tentu toleransi di Indonesia belum diterapkan. Di sisi lain bisa saja ada intervensi datang ke dalam. Itulah kita sebagai para pemuda harus peka adanya unsur yang berbeda yang ada tujuan baiknya atau tidak. Karena agama membawa massa yang paling banyak dan ada juga yang fanatik di dalamnya. Apalagi sudah memiliki keyakinan kuat “Oh ini jalan Saya.” Ketika kita meyakini bahwa dia di luar jalan yang kita jalani kita persilahkan saja karena itu untuk dia. Jangan paksakan jalur itu untuk orang lain.

5. Menurut Bapak, apa yang menjadi penyebab utama rasa kebencian yang timbul dan rasa saling tidak percaya antar umat beragama?

Menurut Saya pastinya isu, wacana, dan kemudian politik itu berperan besar. 

6. Dalam aspek apa saja toleransi antar umat beragama dapat diwujudkan?

Dalam semua aspek. Toleransi beragama itu tidak hanya dalam bertoleransi antar agama saja tetapi cara hidup juga. Jangankan agama saja untuk bertoleransi, beda tradisi pun kita harus saling toleransi. Agama mengajarkan kita untuk melihat dari segala hal. Karena Tuhan itu maha besar, melingkupi semuanya. Jadi kita harus melihat dari semua hal, mampu melihat bahwa kita sesama manusia memiliki roh yang sama, berasal dari sumber yang sama.

7. Apa sarana yang paling tepat dalam mewujudkan toleransi antar umat beragama di Indonesia?

Semua sarana dan semua media. Semuanya saling berkaitan sehingga dapat kita praktekan. Jadikan setiap gerakan kita sebagai doa dan untuk keuntungan umat manusia dan semua makhluk. Roh bisa diedukasikan melalui sosialisasi. Lingkungan yang paling pertama dalam bertanggung jawab untuk mendidik adalah lingkungan keluarga. Dengan mendidik roh tersebut akan mengerti, tahu, dan paham kemudian dapat diaplikasikan dan dikembangkan dengan landasan cita – cita luhur yaitu untuk kebenaran dan kebaikan manusia. Semua sarana dan semua media harus saling berkaitan agar semuanya bisa terwujud dengan baik.

8. Bagaimana pandangan Bapak terhadap ormas yang anarkis?

Benci dengan anarkisme itu. Anarkisme ini menimbulkan konflik. Konflik itu terjadi saat ego kita diserang, kita cepat marah dan benci. Buddhisme salah satu agama di Indonesia yang kecil penganutnya. Buddhisme memiliki banyak aliran kepercayaan, salah satunya yaitu kami Buddhisme Maitreya. Buddhisme Maitreya salah satu sekte yang kecil. Kami ini mengalami banyak transformasi. Sudut pandang, tradisi, nilai, dll. Tetapi tetap setiap sekte memiliki pandangan masing - masing. Dan terkadang jika ada perbedaan doktrin akan muncul konflik – konflik antar agama. Untuk menyelesaikan masalah ini butuh orang yang kompeten, yang sudah mendalami ilmu agama untuk saling berdialog. Kami berupaya untuk mendalami apa yang kami yakini sebagai karakter Buddha Maitreya itu. Saya merasakan perbedaan ketika Saya dulu di jalan suka memaki – maki jika disrempet oleh kopaja, dan mikrolet. Tetapi sekarang setelah Saya mendalami agama Saya sudah tau diri untuk menahan amarah dan ego. Kalau memang terburu – buru ya kita persilahkan. Disinilah kebiasaan masyarakat yang harus dididik. Hal ini yang harus diedukasikan dalam keluarga dengan memberi masukan atau nasihat. Jangan sampai kita jatuh ke lubang yang sama dengan mereka yang anarkis.

9. Semua agama mengajarkan hal yang sama yaitu mengorientasikan tujuan hidupnya kepada Tuhan, tetapi menurut Bapak mengapa banyak ormas anarkis yang menyalahgunakan ajaran tersebut menjadi suatu hal yang salah?

Pemahaman yang belum sampai. Seperti contohnya pemahaman bumi itu datar. Jadi penting edukasi itu agar tidak terjadi kesalahpahaman akan agama yang akan menimbulkan sifat anarkis. Tindakan anarkisme itu sangat tidak manusiawi. Dibalik tindakan ini selalu ada politik yang terlibat. 

10. Bagaimana mengatasi bila terjadi pertikaian yang diakibatkan oleh perbedaan pandangan dalam agama?

Banyak caranya. Salah satunya manajemen konflik dengan sifat atau karakternya. Jika sifat dia keras maka harus disikapi dengan lembut. Saling silahturrahmi, saling mengerti dan memahami.

11. Apa saja ajaran dalam agama Bapak dalam membangun perdamaian antar umat beragama?

Kami meyakini dunia ini dalam satu keluarga. Jadi kita hidup dalam satu kampung halaman rumah yang disebut bumi. Bumi adalah rumah kita bersama yang damai. Dalam satu keluarga ini tidak hanya manusia saja, terdapat makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Kita melihat dari sisi cinta kasih. Kita menghirup udara yang sama, sehingga kita jangan mengganggu yang lain juga. Jadi itu yang dinamakan konsep satu keluarga, membangun cintah kasih dengan melihat dari sisi orang lain. Memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri sendiri.

12. Menurut Bapak apa saja hambatan-hambatan dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama?

Berbagai level pendidikan, formal maupun non formal. Dalam pendidikan agama juga tergantung siapa yang mengajarkan dan apa yang diajarkan olehnya. Jika diarahkan ke jalur yang keras maka akan menghasilkan pola pikir yang keras. Ketika dibawa ke ranah sosial banyak sekali muncul kepentingan yang jauh dari kebenaran. Kemudian melihat orang lain yang memiliki agama yang berbeda sebagai ancaman.

13. Bagaimana cara agar umat beragama mampu memahami dan menghayati agama sebagai alat pemersatu bangsa?

Kita sebagai umat beragama harus pintar. Jika tokoh agamanya sudah mulai menjauhi dari kebenaran kita jangan diikuti.

14. Peran apa saja yang telah dilakukan Bapak untuk menjaga kerukunan antar umat beragama?

Banyak yang sudah kami lakukan kemarin. Kalau Saya banyak bergerak di bidang seni, seperti acara pensi lintas antar agama dan budaya.

15. Menurut Bapak apakah tindakan yang dilakukan pemerintah sudah efektif untuk mengatasi apabila ada pertikaian antar agama?

Pemerintah mendukung dan sudah berhasil dalam mengatasi pertikaian antar agama di wilayah – wilayah tertentu jika dibanding zaman dahulu. Selain itu kita sebagai individu harus memiliki prinsip yang baik untuk mendukung pemerintah dalam mencegah pertikaian antar agama.

16. Apa pendapat Bapak mengenai kasus yg belakangan ini terjadi seperti dalam pemilu atau pilkada yg melibatkan agama?

Menurut Saya itu sifatnya sudah politis.
  
17. Menurut Bapak apakah dengan adanya formalisasi agama (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Khonghucu) yang tumbuh di Indonesia terkadang tidak memberi peluang bagi munculnya religi asli-etnik/minoritas di indonesia?

Sebenarnya sudah muncul peraturan baru dari MK bahwa KTP sudah dapat diisi dengan aliran atau kepercayaan apa saja yang dianut. Menurut Saya sebenarnya dengan adanya formalisasi agama ini bukan tidak memberi peluang bagi religi asli etnik di Indonesia. Mungkin para founder negara kita saja yang melakukan kesalahan dengan generalisasi data agama apa saja yang ada di Indonesia.

18. Apakah agama minoritas di indonesia sering kali diabaikan hak dan toleransinya sebagai sebuah agama yang sederajat?

Selama ini iya secara sengaja maupun tidak sengaja. Secara sengaja dibelakangnya pasti ada kepentingan politiknya.

19. Menurut Bapak adakah tindakan yang dapat dilakukan demi menanamkan tingkat toleransi tinggi sejak dini?

Ya itu tadi edukasi di dalam keluarga.

20. Apakah ada harapan dari Bapak yang ingin disampaikan terkait dengan topik wawancara ini?

Banyak sekali harapannya. Tetapi Saya minta satu dulu terhadap adik – adik semua, tanamkan dalam pikiran Anda bahwa kita semua di dunia ini hidup dalam satu keluarga. Maupun Islam, Buddha, Hindu, Kristen, Batak, Cina, dan lain – lain kita harus melihat dibalik jasmani itu pribadinya. Kita harus mengajak untuk saling bertindak positif. Kita juga harus mengubah pola pikir untuk memanfaatkan sumber daya secara adil, jangan sampai serakah.

Dokumentasi :







Comments

Popular posts from this blog

Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama Islam

Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama Hindu

Laporan Hasil Wawancara Tokoh Agama Tentang Pentingnya Tolelransi Antar Umat Beragama